Asuransi Penyakit Kritis, Penyakit Kritis

Profesor Musa Bangkit Dari Sakit Diabetes Dengan Terapi Stemcell

“….stem cell: pengobatan untuk penyakit – penyakit berat…”

Di bagian bawah tulisan ini adalah petikan berita yang agak lama, dari bulan Oktober 2015, sebuah cerita tentang sakit yang pernah diderita oleh Profesor Musa Asy’arie, saat ini Beliau adalah guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada mata kuliah ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Beliau pernah juga menjabat sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga, pada periode 2010 – 2014.

Selain sebagai seorang pendidik, Profesor Musa juga berpengalaman sebagai birokrat, pengusaha dan juga corporate manager. Pernah juga menjadi anggota lembaga sensor film. Pada tanggal 28 Desember 2016, 3 hari sebelum ulang tahun ke 65 Profesor Musa, diluncurkan sebuah buku untuk kado ulang tahun yang sangat bermakna.

cover-buku-prof-musa

Buku ini adalah sumbangan tulisan dari 16 penulis yang merupakan orang dekat atau sahabat – sahabat  Profesor Musa. Masing – masing penulis menulis tentang Profesor Musa secara spontan, unik, jujur, dan apa adanya.

Kembali lagi ke cerita sakit. Diceritakan di tulisan berita itu, Profesor Musa bisa pulih dari sakitnya dengan terapi stem cell di Surabaya. Beliau diilhami oleh Profesor Mahfud MD, yang juga berobat di Surabaya dengan stem cell.  Sakitnya bukan sakit biasa, dan merupakan sakit yang cenderung menimbulkan komplikasi dan  bisa membunuh penderitanya pelan – pelan lewat komplikasi itu, yaitu diabetes. Lanjutkan membaca “Profesor Musa Bangkit Dari Sakit Diabetes Dengan Terapi Stemcell”

Iklan
Asuransi Penyakit Kritis, Penyakit Kritis

Riset Tentang Biaya Berobat Kanker di 7 Negara

…harga obat kanker justru paling tidak terjangkau di India dan Cina…

asco_logo

Studi tentang harga obat kanker di tujuh negara dengan tanpa memperhitungkan diskon atau bantuan keringanan biaya, tahun lalu telah dipresentasikan dalam forum tahunan American Society of Clinical Oncology di kota Chicago.

Penelitian berfokus di negara Amerika Serikat, Israel, Austalia, Cina, Afrika Selatan, Inggris, dan India. Sebagian data penelitian itu diambil dari data yang diambil dari website milik Pemerintah masing – masing. Para peneliti menghitung dosis bulanan untuk 15 macam obat generik dan 8 macam obat kanker ber-merek yang digunakan secara luas di berbagai jenis dan stadium kanker.

Amerika membayar harga tertinggi di dunia untuk obat kanker, sementara harga obat kanker paling rendah ditemukan di India dan Afrika Selatan. Harga bulanan rata-rata untuk obat bermerek berkisar dari $ 1.515 di India, dan $ 8694 di Amerika Serikat. Untuk obat generik, harga rata-rata yang tertinggi di Amerika Serikat, pada $ 654, dan terendah di Afrika Selatan, $ 120, dan India, $ 159. Lanjutkan membaca “Riset Tentang Biaya Berobat Kanker di 7 Negara”

Penyakit Kritis

Penderita Kanker di Indonesia Meningkat

JAKARTA, KOMPAS.com Kamis, 21 Maret 2013

Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit CiptoMangunkusumo Profesor Soehartati Gondhowiardjo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia kian meningkat. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2012 menyebutkan, prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal data sebelumnya menyebutkan prevalensinya 1 banding 1.000 orang.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen di seluruh dunia pada tahun 2030. Jumlah tersebut 70 persennya berada di negara berkembang seperti Indonesia.

Kenaikan prevalensi kanker di Indonesia menjadi masalah bagi pengobatan. Soehartati mengatakan, pusat pengobatan kanker di Indonesia baru dapat melayani 15 persen pasien kanker. “Padahal, angka itu saat pasien kanker di Indonesia masih diprediksi 1 banding 1.000,” ungkap profesor di bidang radiasi onkologi ini.
Lanjutkan membaca “Penderita Kanker di Indonesia Meningkat”