
Di lapangan, tak jarang saya menemukan orang-orang yang sebetulnya sudah bagus mau ambil asuransi tapi dengan tujuan atau cara yang tidak tepat. Hal ini dapat menyebabkan asuransi yang diambilnya tidak memberikan manfaat secara optimal. Tentunya kita tidak mau, bukan, sudah keluar uang lumayan besar setiap bulan atau setiap tahun, ternyata tidak dapat membantu kita pada saat dibutuhkan, atau tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
Kita perlu memahami kekeliruan-kekeliruan tersebut agar tidak terulang pada diri kita, dan agar kita bisa mendapatkan manfaat yang optimal dari asuransi.
Ada sembilan kesalahan umum yang lazim terjadi pada orang-orang yang mengambil asuransi.
1. Mengambil asuransi untuk tujuan menabung atau investasi
Sesuai arti harfiahnya, asuransi itu proteksi, bukan tabungan atau investasi. Apa bedanya? Proteksi itu jaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang bisa terjadi kapan saja, sedangkan menabung dan investasi itu persiapan dana untuk suatu kebutuhan yang diinginkan atau direncanakan di masa depan.
Memang, produk asuransi yang banyak ditawarkan zaman sekarang, yaitu unitlink, ada investasinya. Tapi produk tersebut tetaplah produk asuransi. Jika ingin berinvestasi melalui produk tersebut, perlu disadari bahwa potongan biaya-biayanya sangat besar setiap bulannya, dan itu akan menggerus nilai investasi anda. Sudah banyak sekali kasus orang yang merasa tertipu dan rugi karena saat dana ditarik, jumlahnya jauh lebih kecil daripada dana yang telah disetorkan.
Jadi, walaupun produk asuransi yang anda ambil itu jenisnya unitlink, tujuannya tetap proteksi. Yang dilihat adalah sisi proteksinya, bagus atau tidak, mencukupi atau tidak. Sedangkan sisi investasinya berfungsi untuk menjaga keberlangsungan proteksi, bukan diambil untuk keperluan lain.
2. Mendahulukan asuransi untuk anak
Kadang ada orangtua karena saking sayangnya dengan anak, dia ambilkan asuransi untuk anaknya lebih dahulu tapi dia sendiri sebagai orangtuanya tidak. Kenapa ini salah? Karena kalau terjadi apa-apa pada orangtua, siapa yang akan melanjutkan membayar polis? Oke, mungkin bisa ditambahkan manfaat pembebasan premi. Tapi yang lebih penting, siapa yang memberi makan si anak kalau orangtuanya tidak ada dan tidak meninggalkan warisan yang banyak?
Ini ibaratnya kalau di pesawat, ketika terjadi keadaan darurat, si orangtua memasangkan pelampung untuk anaknya lebih dahulu. Kenapa ini salah? Karena kalau terjadi sesuatu lebih dulu pada orangtua, anak tidak akan bisa menolong. Dan bukan hanya itu, si anak pun bisa tidak tertolong walaupun sudah memasang pelampung.
3. Manfaat asuransinya kecil
Manfaat kecil di sini dibandingkan dengan premi yang dibayarkan. Ditinjau dari konsep asuransi sebagai proteksi, tentunya tujuan proteksi jadi tidak tercapai. Dan jika pun tujuannya ingin investasi, tetap sulit dicapai karena terbentur potongan biaya yang terlalu besar.
Ada orang punya polis dengan premi 500 ribu per bulan, tapi UP jiwanya hanya 50 juta, dan manfaat lain seperti kecelakaan dan sakit kritis pun hanya beberapa puluh juta saja, padahal usia masih muda. Uang 50 juta mungkin terlihat besar, tapi dalam kondisi kena musibah, itu akan sangat kurang sekali. Saat saya bilang dengan premi segitu bisa mendapat UP 1 miliar (jika UP jiwa saja), atau 250 sd 500 juta (jika ditambah rider kecelakaan, cacat, dan sakit kritis), dia kaget.
Yang paling ekstrem, saya pernah mendapati ada nasabah yang punya polis di suatu asuransi dengan premi 100 juta setahun, dan itu full premi (premi dasar semua tanpa top up berkala, enak banget agennya), UP jiwanya hanya 500 juta alias hanya 5x dari premi tahunan, padahal usianya baru 30 tahunan. Lalu saya buatkan polis dengan UP jiwa 5 miliar, premi hanya 26 juta per tahun. Kalau mau investasi, selisihnya 74 juta silakan ditaruh di deposito atau reksadana.
Polis dengan manfaat asuransi yang kecil-kecil seperti itu banyak sekali. Sebabnya ada dua kemungkinan:
- Produknya tidak memungkinkan memberikan manfaat yang besar, karena iming-imingnya lebih ke investasi. Tapi yang mengherankan, kok full premi ya, karena biaya akuisisinya jadi besar sekali. Jelas ini pengerukan thd uang nasabah. Jika ingin menawarkan investasi besar, seharusnya top up berkala atau premi savernya yang diperbesar, atau tawarkan single premium sekalian.
- Agennya menawarkan seperti itu agar preminya bisa balik setelah sekian tahun. Jadi agennya mempertimbangkan sisi investasinya juga. Its oke, walaupun soal premi yang bisa balik itu sifatnya tidak dijamin. Dan jadi tidak oke jika premi yang ditawarkan ke nasabah seluruhnya ditaruh sebagai premi dasar, karena berarti agennya mengambil komisi terlalu banyak.
Sementara pada saat yang sama, nasabah yang memang masih awam, tidak paham bahwa uangnya telah diambil banyak sekali oleh perusahaan asuransi atau agen asuransi tanpa mendapatkan timbal balik berupa manfaat asuransi yang memadai.
4. Ambil asuransi karena gak enak sama temen atau sodara
Ambil asuransi dari teman atau saudara yang menjadi agen asuransi itu tidak salah, tapi kalau alasannya karena gak enak, itu bisa berisiko terhadap diri sendiri. Yang lebih penting itu kenali manfaat asuransi yang diambil, apakah sesuai kebutuhan atau tidak. Jangan sampai setelah ambil asuransi, ketika terjadi sesuatu ternyata tidak bisa diklaim karena manfaatnya tidak sesuai.
5. Tidak tahu manfaat asuransi yang diambil
Banyak orang mengaku sudah punya asuransi, tapi ketika ditanya manfaat apa saja yang terdapat dalam polisnya, mereka tidak bisa menjawab. Polis itu jangan sekadar dikoleksi, tapi harus diketahui dan dipahami manfaatnya. Asuransi itu ada bermacam-macam tergantung risiko yang ditanggungnya. Pastikan anda tahu kejadian apa saja yang bisa diklaim. Baca polis dan tanyakan kembali pada agen jika kurang paham.
6. Tidak baca polis
Banyak orang setelah menerima buku polis lantas langsung menyimpannya di lemari. Mestinya dibaca dulu setidaknya di bagian data polis, jika ada yang kurang paham tanyakan kepada agen atau baca isi polisnya. Setelah dipahami, barulah disimpan di tempat penyimpanan yang aman.
Buku polis asuransi memang bukan bacaan yang mengasyikkan karena isinya pasal-pasal dan tulisannya kecil-kecil, mirip dengan kitab hukum. Tapi ini bukan alasan untuk tidak memahami isinya.
Yang dikhawatirkan karena tidak baca polis adalah anda tidak memahami atau salah memahami manfaat polis yang dimiliki. Terkadang banyak orang menyalahkan agen bukan semata karena si agennya yang salah, tapi nasabah pun tidak membaca polisnya.
7. Tidak memantau perkembangan polis
Nah, ini kesalahan yang mengherankan. Biasanya terhadap uang itu orang sangat perhatian hingga ke recehan yang paling kecil. Tapi terhadap uang premi yang disetorkan secara rutin ke perusahaan asuransi, kenapa banyak orang yang abai dan memilih percaya saja? Maunya tahu hasil akhirnya saja, dan hasilnya harus untung sesuai yang dibayangkan di awal, tapi saat ditarik ternyata mengejutkan. Akhirnya banyak yang ngamuk-ngamuk di kantor asuransi dan dilanjutkan di media sosial.
Jika sadar sejak awal dan ternyata salah beli asuransi, setidaknya kerugian yang dialami tidak perlu terakumulasi.
Perkembangan nilai investasi polis dapat dipantau di laporan bulanan yang dikirim ke alamat rumah atau ke email, dan sekarang ini banyak perusahaan asuransi juga sudah menyediakan portal online yang dapat diakses setiap saat. Jadi tak ada alasan untuk kaget saat mau tarik dana, mestinya. Jika tidak ada laporan secara rutin, segeralah menanyakan ke perusahaan asuransi atau melalui agen.
8. Tidak melakukan evaluasi terhadap polis asuransi secara berkala
Kadang ada orang ketika ditanya apakah sudah punya polis asuransi, dijawab sudah. Kapan ambilnya, ternyata belasan tahun lalu. Nah, polis yang diambil belasan tahun lalu itu kemungkinan besar tidak mencukupi lagi manfaatnya di masa sekarang. Misalnya jika asuransi jiwa, perlu dilihat UP-nya berapa. UP 50 juta tahun 2002 mungkin terasa besar, tapi sekarang tak seberapa. Kalau asuransi kesehatan, plan kamar 200 ribu dulu sudah wah, sekarang kamar kelas 3 saja sudah tidak dapat.
Jadi, penting untuk mengevaluasi polis secara berkala, disesuaikan dengan perkembangan penghasilan, pertambahan anggota keluarga, inflasi, dan sebagainya.
9. Tidak jujur dengan kondisi kesehatan
Kejujuran merupakan syarat sahnya sebuah polis asuransi, sesuai dengan prinsip utmost good faith atau itikad baik. Polis yang diketahui tidak jujur, klaimnya akan ditolak, bahkan polis pun bisa dibatalkan.
Contoh tidak jujur, misalnya ada riwayat sakit tapi tidak disampaikan di form SPAJ (Surat Pengajuan Asuransi Jiwa). Jika terjadi klaim yang berat di tahun-tahun awal, perusahaan asuransi akan melakukan investigasi untuk memastikan kebenaran klaim dan kesesuaian dengan data yang disampaikan di SPAJ. Jika tidak sesuai, itu bisa jadi alasan bagi perusahaan asuransi untuk menolak klaim.
Demikian. []
Untuk berkonsultasi tentang asuransi, silakan menghubungi saya:
Asep Sopyan (Senior Business Partner ASN)
HP/WA: 082-111-650-732 | Email: myallisya@gmail.com | Tinggal di Tangerang Selatan | Jadi agen asuransi Allianz sejak November 2011
Atau: